SRAGEN, trensains.sch.id – Ilmuwan fisika peraih Habibie Award 2017, Prof.Dr Khairurrijal menyampaikan Kuliah Umum di Trensains Sragen, Ahad (6/1). Guru Besar Fisika ITB lulusan ITB dan Universitas Hirosima, Jepang, ini membahas tema “Dari Elektron hingga Android: Hanya Kendala Semua Bisa Diatasi”
Pukul 21.30 WIB beliau memulai presentasinya. Dengan gaya yang sangat interesting seluruh santri dibuat sanggup bertahan hingga keseluruhan sesi sempurna pukul 01.00 WIB, hari berikutnya. Menjadi kuliah terlama nih, karena sudah nyebrang hari.
Sesi pertama beliau membahas tentang “Ada Apa dengan Penelitian (AADP)”. Ya, mirip-mirip AADC versi sains lah… Salah satu hal yang digarisbawahi dari sesi ini adalah mengenai esensi penelitian. Bahwa penelitian menjadi bagian penting untuk menghasilkan pengetahuan baru, untuk kemudian pengetahuan dapat membawa negara menjadi makmur; knowledge based economy.
Di sesi kedua, beliau menyampaikan presentasi dengan judul “Dalaman HP Android”. Dalam slide yang ditampilkan, tampak foto HP Android Samsung S9 beserta prosesor Exynos 9 di dalamnya, lalu lebih rinci mengenai diagram 3D transistor MOSFET yang ada di dalam prosesor tersebut. Beliau memaparkan bahwa saat ini transistor berukuran sekira dua puluhan nanometer. Sangat kecil, bukan? Sedangkan sehelai rambut manusia saja diameternya hanya 0,1 mm, maka ukuran transistor sekitar 1/100.000nya! Ukuran yang sangat fantastis untuk dapat diilustrasikan dalam bayangan anak SMA. Lebih-lebih an dalam satu prosesor terdapat jutaan transistor. Beliau juga memutarkan video mengenai proses pembuatan prosesor, dari silica, hingga laboratorium impian dengan system vakum udara yang merupakan tempat penempaan silica hingga menjadi prosesor.
Sesi berikutnya adalah mengenalkan bagaimana transistor MOSFET yang merupakan anak terdalam prosesor. Tentu, bagian ini menjadi sesi yang pelik dan lebih sulit lagi dari sesi sebelumnya. Transistor MOSFET ini, seperti yang beliau paparkan, mempunyai 3 kaki. Kaki pertama adalah Gerbang (G), selanjutnya Sumber (S), dan yang terakhir Drain (D). Elektron bergerak dari dari S ke D dan besar aliran dikendalikan oleh tegangan G. Kemudian beliau juga mengenalkan fenomena terobosan kuantum dalam gerakan elektron yang menyebabkan arus drain. Untuk membantu pengertian dan pemahaman, beliau kembali menayangkan video mengenai fenomena terobosan kuantum tersebut.
Kemudian, beliau juga berbagi pengalaman selama menempuh pendidikan S3 di Hiroshima University, almamater yang sama dengan kreator Trensains, Dr. Agus Purwanto. Beliau bercerita mengenai apa yang telah beliau siapkan untuk pulang ke Indonesia. Berdasarkan yang beliau tuturkan, sejak mulai jenjang s3 nya beliau telah menyiapkan mitigasi kendala dana penelitian saat tiba di Indonesia. Meski ada kendala, penelitian harus tetap dilakukan, begitu tekad beliau. Meski berbekal alat dan teknologi yang sederhana dan biasa, penelitian harus tetap ada. Semua harus dapat diatasi. Komputer biasa adalah salah satu alat penelitian untuk melakukan simulasi arus di dalam transistor MOSFET. Yang juga dapat dilakukan dengan dana terbatas adalah membuat alat ukur dan alat bantu sederhana. Alat ukur untuk menghasilkan kurva arus terhadap tegangan pada transistor MOSFET telah dibuat. Demikian juga dengan alat bantu pendidikan seperti komputer papan tunggal dan kontrol otomatik berbasis mikrokontroler. Intinya, apa pun pasti dapat dibuat sendiri dengan bahan apa pun termasuk barang bekas sekalipun.
Di sesi terakhir, beliau menambahkan bahwa ekonomi Indonesia telah berkembang semakin baik hingga ia mendapat dana lebih besar untuk penelitian sehingga mampu membuat sendiri alat pemintalan elektrik (electrospinning). Alat ini digunakan untuk menghasilkan nano serat. Penggunaan dari nano serat beragam, seperti tissue engineering, nanofilter, drug delivery, dan makanan suplemen.
Setelah berlangsung sejam lebih sedikit, presentasi beliau pun selesai sudah. Para santri terlihat masih segar dan tetap semangat mengikuti studium general meski sudah pukul 22.40 WIB. Kemudian, sesi diskusi pun dimulai. Ada belasan pertanyaan dari para santri, dari yang terkait dengan materi yang disampaikan hingga ungkapan serta pernyataan ide yang luar biasa dari mereka secara pribadi.
Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 01.00 WIB lewat tengah malam. Seandainya sesi diskusi ini tak dibatasi, boleh jadi pertanyaan dan pernyataan akan terus berlanjut hingga shalat shubuh. Melihat antusiasme ini, beliau sangat yakin para santri akan menjadi pemimpin bangsa ini yang akan membawa ke keadaan yang jauh lebih baik. (Qonita Ihda, 12 IPA2)