Makna Logo

Trensains, Pesantren Sains Muhammadiyah Sragen

Bangun Heksagonal

Logo Trensains dibingkai oleh bangun heksagonal (sarang lebah) yang melambangkan kondisi pendidikan yang diidamkan oleh Trensains yaitu pendidikan yang efisien namun memberikan manfaat maksimal bagi kehidupan. Hal ini sebagaimana filosofi heksagonal yang merupakan bentuk paling efisien menampung volume dalam jumlah banyak. Secara cermat lebah telah menggunakan bentuk heksagonal sebagai sarang sekaligus wadah untuk menampung madunya. Semua aspek yang dimiliki lebah telah terbukti bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Matahari Bersinar (Muhammadiyah)

Logo Muhammadiyah Official

Lambang dan nama institusi dibungkus oleh sinar matahari memberi simbol bahwa salahsatu misi utama Trensains adalah dakwah yang mencerahkan dan mencerdaskan. Trensains memandang, untuk membangun kembali peradaban Islam harus dilakukan pembangunan ulang pola pikir (mind rekontruction), dan salahsatu usaha pentinya adalah membangun kembali sistem pendidikan Rabbani yang berporos pada wahyu Ilahi.

Warna Dasar Biru

Warna dasar biru terang melambangkan: kecerdasan (fathonah), stabilitas (istiqomah), kredibilats (muru’ah), tim work (amal jama’i) dan independensi pemikiran (tsiqotu bi al-mabda’). Trensains dengan kecirikhasannya berupaya menjadi lembaga pendidikan yang berpegang teguh kepada nilai-nilai al-Quran, seimbang dan tetap fleksibel.

Konstanta Planck

Di awal abad 20 terjadi kebuntuan dalam memahami perilaku alam, tepatnya perilaku radiasi benda hitam. Mekanika Newton dan persamaan medan elektromagnetik Maxwell sebagai kerangka utama berfikir tentang materi dan gelombang gagal menjelaskan distribusi energy radiasi benda hitam tersebut. Padahal dengan dua teori utama tersebut, para ilmuwan sebagaimana diwakili oleh James Clerk Maxwell dalam orasi ilmiahnya di Universitas Harvard tahun 1877 meyakini bahwa teori puncak (the ultimate theory) yang mampu menjelaskan semua fenomena di alam telah diperoleh. Sayangnya, fenomena radiasi benda hitam meruntuhkan keyakinan ini.

Mekanika klasik Newtonian memperlakukan materi sebagai materi. Artinya, materi sebagai obyek yang terkurung di dalam ruang hanya mempunyai sifat-sifat khas materi seperti tumbukan antar materi dengan transfer momentum-energinya. Sebaliknya, teori Maxwell memperlakukan gelombang sebagai obyek yang menyebar di dalam ruang hanya mempunyai sifat gelombang seperti difraksi dan interferensi. Tidak pernah sifat sebaliknya, materi mengalami difraksi dan gelombang mengalami tumbukan. Ketika pendekatan klasik ini diterapkan dalam radiasi benda hitam yang diperoleh adalah prediksi bencana ultra-ungu (ultraviolet catasthrope), yang justru tidak terjadi di alam.

Diskusi demi diskusi dari para ahli fisika tidak mampu menghasilkan perumusan yang mampu menjelaskan kurva radiasi energi benda hitam. Sampai akhirnya, fisikawan Jerman Max Planck membuat asumsi yang keluar dari kebiasaan saat itu. Energy radiasi tidak dapat mempunyai energy sembarang tetapi mempunyai energy tertentu yakni kelipatan bulat dari energy dan atau frekwensi dasar. Energi radiasi tidak mempunyai nilai kontinyu tetapi diskrit, energi terpaket atau terkuantisasi. Inilah teori kuantum.

Di dalam hipotesisnya, Planck memperkenalkan konstanta alam yang disimbolkan oleh huruf h dan menghubungkan besaran energy (E) dan frekwensi (f), E=hf. Dalam pemakaian lebih lanjut sering digunakan tanda h coret,  yang berarti tetapan alam h dibagi 2 pi. Teori kuantum dengan tetapan alam Planck ini berhasil mengakhiri kebuntuan pemikiran para ilmuwan saat itu, sekaligus menandai revolusi dan era baru dalam memandang alam semesta.

TRENSAINS mengambil tetapan alam mini sebagai symbol dengan harapan TRENSAINS menandai revolusi pesantren dan babak baru pendidikan yang integral holistik sebagaimana Islam itu sendiri. Pesantren tidak lagi hanya mengajarkan ilmu agama dan menyerahkan pengajaran sains pada sekolah umum. Sains harus disatukan dengan agama dalam arti yang sesungguhnya, tidak karikatif dan permukaan. Al-Quran sebagai sumber utama ajaran Islam juga dikembalikan sebagai pemandu yang sekaligus sumber inspirasi bagi konstruksi dan  pengembangan sains. Upaya ini dilakukan secara sadar, terencana dan terarah di dalam TRENSAINS. Upaya ini tidak lain merupakan upaya untuk mengembalikan bangunan peradaban Islam, peradaban yang bertumpu pada iman dan ilmu.

Bagikan Artikel:

SMA Trensains Muhammadiyah Sragen, menyiapkan Ibnu Sina abad 21 dengan mengkaji & meneliti ayat-ayat semesta dalam Al-Quran dan Hadis Nabawi.


Hubungi Kami

Pesantren Sains Trensains Muhammadiyah Sragen

Dawe RT. 15 RW. 06, Banaran, Kec. Sambungmacan, Sragen, Central Java, Indonesia 57253