TRENSAINS.SCH.ID, Sragen – Nyaring gema Takbir berkumandang menyambut Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawwal 1442 H yang mengagungkan kebesaran Allah masih begitu hangat dalam ingatan. Seluruh alam pada Rabu sore (26/5) kembali menyaksikan bukti kebesaran Allah Ta’ala berupa gerhana bulan yang bertepatan pada 14 Syawal, satu dari hamparan ayat-ayat semestaNya. Masjid Trensains semakin ramai oleh derap langkah kaki jamaah yang hadir untuk bertadabbur alam menjelang maghrib untuk melakukan pengamatan gerhana bulan.
Para jamaah yang terdiri dari warga sekitar juga beberapa wartawan dari media cetak tampak begitu asyik bergantian mengamati fenomena alam tersebut. Tak lupa protokol kesehatan demi mencegah penularan wabah Covid-19 yang ketat selalu diterapkan.
Sebuah teropong pengamatan milik Pesantren Sains TRENSAINS ini telah dipersiapkan sebelumnya guna memberikan kesempatan kepada para hadirin untuk melihat lebih jelas proses terjadinya gerhana secara perlahan.
Teropong yang digunakan SMA Trensains Muhammadiyah Sragen untuk mengamati gerhana bulan.
“Faktor cuaca yang begitu berpengaruh membuat penampakan bulan tidak begitu terlihat”, ujar Ust Sunardi pemandu pengamatan gerhana bulan yang juga kepala sekolah SMA Trensains. Memang sedari sore mendung menggelayut hingga bakda maghrib air hujan menyirami pelataran Trensains.
Acara berlanjut dengan sholat maghrib berjamaah disambung dengan sholat khusyuf bersama Ustadz Hakim Zanky. Dalam khutbah disampaikan beberapa hadits dari Ummul Mukminin Aisyah RA, yang menjelaskan bahwa gerhana bulan adalah murni sebuah fenomena alam. Gerhana tidak ada sangkut pautnya dengan kelahiran dan kematian seseorang, bukan pula satu pertanda akan terjadinya satu hal buruk yang mengerikan.
Dalam satu riwayat disebutkan bahwa kematian Ibrahim putra Nabi SAW bersamaan dengan gerhana matahari, beberapa sahabat mengira bahwa gerhana terjadi karena kematian Ibrahim. Hal ini ditolak oleh Rasulullah SAW, dengan demikian beliau secara tegas menolak mitos dan mengajarkan umat Islam untuk ber-Islam secara rasional berbasis Sains.
“Jelas Rasulullah bersedih kehilangan puteranya, namun kesedihannya tak lantas menggeser fenomena Sains ke wilayah mitos”, kata Ustadz Hakim dalam penggalan khutbahnya.
Hikmah Pengamatan Gerhana Bulan SMA Trensains
Kegiatan pengamatan gerhana bulan yang menghadirkan berbagai kalangan umum sebelum sholat khusyuf seperti ini adalah sebuah wadah yang sangat sesuai dilakukan oleh sebuah institusi pendidikan dengan latar belakang Sains dan agama yang kuat seperti Pesantren Sains Muhammadiyah Trensains. Hal ini karena dapat memberikan pemahaman yang utuh dengan melihat langsung, bahwa Islam yang menyeluruh syariatnya tiada lain datangnya dari Allah Yang Maha Mengatur alam semesta.
*****
Sebagimana diketahui, SMA Trensains Sragen merupakan sekolah unggulan Muhammadiyah di Jawa Tengah. Sekolah dengan format pesantren ini bukan pesantren biasa melainkan pesantren sains. Trensains mengingatkan dan menyadarkan bahwa di dalam al-Quran, terdapat 800 ayat alam yang mengarah pada pemahaman dan penguasaan sains dan teknologi. Umat Islam harus kembali kuasai IPTEK karena secara empirik, mengatakan bahwa bangsa-bangsa yang eksis adalah bangsa-bangsa yang menguasai sains fundamental.
Trensains berikhtiar melahirkan saintis muslim abad 21. Santri Trensains selain harus memahami bahasa Arab dengan baik sebagai tool memahami al-Quran. Mereka juga harus piawai dalam matematika dan sains. (HZ)
